Menurut data International
Cosmetics Club bahwa impor produk kosmetik mencapai Rp 4-10 miliar per
bulan. Parfum merupakan salah satu produk kosmetik yang umum digunakan
masyarakat dan pemakaiannya bersifat konsisten. Ketergantungan terhadap
produk-produk impor menyebabkan mahalnya harga produk kosmetik. Untuk
mengurangi ketergantungan terhadap produk impor ini maka perlu upaya penelitian
bersifat inovatif terhadap jenis tanaman yang berpotensi sebagai bahan dasar
kosmetik. Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada telah
berhasil melakukan perakitan tanaman melon yang berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan baku parfum.
Tanaman melon yang
dikenal dengan sebutan “Kultivar Gama Melon Parfum” kemudian diuji tanam di
lahan milik Kebun Pendidikan Penelitian Pengembangan Pertanian (KP4) UGM dan
berhasil dipanen dengan hasil yang sangat memuaskan pada Senin (3/9/2012). Dr.
Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc selaku ketua peneliti mengatakan bahwa melon
kultivar Gama Melon Parfum memiliki karakter yang unik yaitu memiliki ukuran
kecil dengan berat 300-500 gram, memiliki rasa yang pahit, dan aroma yang
sangat wangi. Salah satu keunggulan melon ini yaitu memiliki kulit buah
bermotif batik yang nantinya dapat diangkat menjadi produk khas Yogyakarta.
Dijelaskan pula oleh
Dr. Budi yang juga sebagai Kepala Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi, UGM
bahwa kultivar Gama Melon Parfum memang didesain sebagai kultivar unggulan
untuk dijadikan sebagai bahan baku parfum yang ramah lingkungan. Hal ini
seiring dengan trend masyarakat yang mulai beralih menggunakan produk-produk Go Green. Keunggulan lainnya dari
Kultivar Gama Melon Parfum yaitu pada satu tanaman dapat dihasilkan buah
sebanyak 8 buah sehingga petani akan mendapatkan hasil yang lebih
menguntungkan.
Hal senada juga
diungkapkan oleh Dr. Ir. Supriyadi yang juga anggota peneliti sekaligus Dosen
Fakultas Teknologi Pertanian UGM bahwa Kultivar Gama Melon Parfum sangat cocok
untuk bahan baku parfum karena aroma wangi yang muncul diduga berasal dari
senyawa golongan terpenoid. Sedangkan rasa yang pahit termasuk senyawa dari
golongan flavanoid yang diduga juga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan
baku pada bidang farmakologi. Untuk itu masih perlu dilakukan penelitian
mengenai kandungan senyawa secara lebih lengkap.
Kultivar Gama Melon
Parfum ini masih perlu diteliti mengenai gen pengkode senyawa aroma wangi. Dikatakan
oleh Sigit Dwi Maryanto, S.Si yang juga anggota tim peneliti ini bahwa belum
ada penelitian mengenai jenis gen yang mengkode aroma terutama pada melon.
Penelitian ini akan bermanfaat untuk khasanah ilmu pengetahuan dan juga dapat
digunakan untuk pengembangan pemuliaan tanaman di Indonesia secara molekuler.
Adanya karakterisasi terhadap gen tersebut juga dapat berfungsi sebagai
karakter spesifik yang membedakan kultivar Gama Melon Parfum dengan kultivar
melon lainnya, “kata mahasiswa Program Studi Pascasarjana Fakultas Biologi UGM
ini.
Penelitian mengenai
kultivar Gama Melon Parfum pada tahun 2012 ini didanai oleh Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UGM melalui Hibah Inkubasi. Dari
program ini diharapkan kedepannya ada sinergi kerjasama antara perguruan tinggi
dengan mitra industri di Indonesia. Menurut Dr. Budi, Kultivar Gama Melon
Parfum dapat dikembangkan produknya berupa benih dan produk parfum.
Pengembangan benih unggul akan bermanfaat bagi petani holtikultura sehingga
akan meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, kultivar Gama Melon Parfum sebagai
salah satu produk hasil penelitian dapat dikembangkan menjadi produk parfum oleh
pelaku industri kosmetik di Indonesia, sehingga nantinya dapat mengurangi
ketergantungan impor bahan baku kosmetik serta tercipta produk yang bersifat Go Green.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !