Headlines News :
Home » » Singkong Suntik, Bikin Tape Lebih Enak Rasanya

Singkong Suntik, Bikin Tape Lebih Enak Rasanya

Jakarta – Mendengar kata suntik-menyuntik, mungkin langsung bergema paradigma negatif mengenai hal ini. Sebab pasti di kepala kita berjejer gambar dokter-dokter puskesmas yang kerjanya menyuntiki orang. Atau lainnya, pasti gambar anak-anak muda lusuh yang kerjanya menyuntiki diri sendiri untuk mendapatkan efek mabuk.
Namun bila kita bertemu dengan Sigit Dwi Maryanto, mungkin semua nilai negatif itu langsung lenyap seketika. Dengan senyum ramah dan wajah bersih, lelaki pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2004 itu, mencoba membalikkan semua paradigma gelap tentang dunia suntik tersebut. Buat dia hal ini mungkin saja, mengingat penemuannya mengenai bagaimana rasa singkong bisa lebih baik bila kita menyuntik ragi bercampur gula di dalamnya. Dan tidak hanya menebar di atas singkong seperti umumnya.
”Dengan menyuntik singkong, kita akan mendapatkan rasa dan kualitas yang lebih baik,” ujarnya, saat diwawancara SH, sebelum ia pergi ke Malaysia untuk mengikuti International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2005, Selasa pekan lalu.
Pria muda yang masih bersekolah di Kelas II SMAN 6 Yogyakarta ini, juga menyatakan bahwa dengan metodenya memasukkan ragi lewat jarum suntik, bisa membuat singkong lebih cepat menjadi tape. ”Bila ragi hanya ditebar, memakan waktu tiga hari untuk menjadi tape. Sedangkan bila disuntik hanya membutuhkan waktu satu hari saja untuk jadi tape,” ucapnya.
Selain bisa berproduksi lebih cepat, ternyata pembuatan tape dengan menyuntik singkong ini bisa juga memperlama ketahanan kualitas tape. ”Tape yang biasa hanya bertahan selama satu hari saja. Sedangkan bila disuntik bisa bertahan hingga tiga sampai lima hari,” ucapnya.
Selain masa kadaluarsa yang semakin panjang, tape hasil singkong suntik ini ternyata juga memiliki rasa yang lebih baik daripada tape yang biasa dijual di pinggir jalan. ”Hal ini dikarenakan saya juga mencampurkan gula dan ragi pada saat menyuntik,” ujar lelaki berkacamata ini.
Memang penelitian pria yang punya kesukaan membaca ini, agak menarik juga bila diamati. Sebab dengan adanya penelitian tersebut berarti menambah juga khazanah baru kemungkinan pengembangan industri pertanian di negara kita. Hal itu juga yang kemudian diungkapkan Sigit, bahwa segala penelitiannya tersebut kali ini memang dimaksudkan untuk membantu kondisi negara yang sedang awut-awutan. Dia mengharapkan agar pemerintah juga memperhatikan jenis penelitian yang ia lakukan, karena hal itu berarti juga turut membantu perekonomian bangsa nantinya.
”Seperti pada proses pembuatan yang lebih cepat. Paling tidak ini akan mengurangi ongkos produksi,” ujarnya.

Perawat
Mungkin kita bertanya-tanya juga apa sebab Sigit tertarik mulai menyuntikkan tape, sebagai sebuah kemungkinan sistem baru pembuatan ragi. Menurut Sigit hal tersebut disebabkan di daerahnya banyak sekali terdapat singkong. Bahkan menurutnya di pasar dekat rumahnya terdapat pasar yang memiliki hari singkong. Pada saat itu singkong tumpah ruah seperti tak ada habis-habisnya.
Singkong yang melimpah dan tak terjual itu yang akhirnya menggerakkan tangan Sigit untuk memaksimalkannya. Sebab sangat disayangkan sekali bila potensi singkong tersebut hanya didiamkan.
Selain faktor banyaknya singkong yang terbuang, ide pembuatan suntik singkong ternyata juga diilhami dari banyaknya jarum suntik tak terpakai milik ibunya, yang seorang perawat. Dengan beberapa kali percobaan, akhirnya ia menemukan ukuran yang tepat untuk pembuatan tape lewat singkong suntik.
Sekarang hasil penelitiannya tersebut disimpan baik-baik dan hanya diberikan pada orang yang berkepentingan. Rencananya hasil penelitiannya tersebut juga akan dipatenkan. Dan akan dibawa untuk dipamerkan di Malaysia nanti. Sebagai bukti bahwa negara kita ternyata juga memiliki potensi yang bisa dikembangkan pada masalah pertanian.
Pameran yang diselenggarakan khusus untuk para peneliti muda ini telah untuk kedua kalinya dilakukan. Tahun 2004 lalu merupakan penyelenggaraan IEYI yang pertama kalinya di Tokyo, Jepang. Pada tahun tersebut tercatat 35 peserta yang mengikuti. Sedangkan di Malaysia, yang diselenggarakan tahun ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya. Diusulkan untuk penyelenggaraan ketiga dan keempat pihak Singapura dan India mau menjadi tuan rumah selanjutnya.
Kegiatan IEYI ini ternyata juga merupakan kegiatan secara rutin yang diadakan tiap tahun. Tempat penyelenggaraan ditentukan oleh para peserta yang berada pada saat penyelenggaraan terakhir. Kemungkinan Indonesia juga dapat menjadi tuan rumah apabila memang kondisi mengizinkan. (str-sulung prasetyo)

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | @albayu | @albayu
Copyright © 2013. Welcome to my blog - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template